Actions

Work Header

A Whole New Story: Transformers High School AU Fanfiction

Chapter 21: Perumusan Visi dan Misi

Summary:

Pemilihan ketua OSIS dan wakil ketua OSIS semakin dekat. Siapa pun yang mendaftar, harus sudah mulai mengisi berkas pendaftaran, salah satunya adalah penyusunan Visi dan Misi.
Sentinel dan Jet Fire bisa mengatasi itu, tapi bagaimana dengan Arachnia dan Megatron dalam membangun visi dan misi?
Mungkinkah mereka berdua bisa merancang visi misi jadi ketua dan wakil ketua OSIS? Apa jangan-jangan visi misi yang dibangun itu visi misi rumah tangga Arachnia dan Megatron di masa yang akan datang??
//Author ditabok Megatron

GAS LAH BACA AJA BIAR GAK PENASARAN HEHEEHEH

Chapter Text

Megatron masih memegangi tangan Arachnia, menuntunnya–secara paksa, tentunya–keluar melalui pintu belakang restoran. Perempuan itu tak banyak bertingkah, meski ia kesulitan mengikuti langkah kaki Megatron yang lebar. Beberapa jarak menjauh di area belakang bangunan terdapat sebuah gudang kecil. Megatron melepas tangan Arachnia, seakan menghempaskannya pada dinding gudang di belakang gadis itu. Telapak tangannya ia letakkan pada dinding di sebelah kepala gadis itu, mencegah perempuan itu untuk pergi dari tempatnya, walau Arachnia sendiri tak begitu punya niat untuk kabur dari lelaki itu.

Kedua mata mereka saling bertemu. Megatron memberikan tatapan tajam pada perempuan serupa siluman laba-laba itu. Sudah cukup ia menahan emosi sewaktu mereka berdua bertemu dengan kehadiran Ultra Magnus di antara mereka. Arachnia sendiri berupaya membalas pandangan Megatron dengan tenang, menunggu lelaki itu mengeluarkan kalimat dari mulutnya.

“Kak,” Megatron mencoba mengontrol emosi dari suara yang ia keluarkan, “habis ini lo harus minta maaf sama Soundwave.”

Arachnia mencoba menelusuk pada pandangan mata yang diberikan Megatron. Ia dapat menangkap amarah tertahan yang jelas dari optik merah terang itu. Meski jarak wajah mereka tak begitu dekat, Arachnia dapat mendengar napas tak begitu teratur yang lolos dari mulutnya, berusaha mengontrol diri untuk tidak berbuat sesuatu yang lebih membahayakan dari ini.

Namun, seketika fokus pikiran Arachnia berganti pada hal yang lain.

“Kamu ganteng,” ungkapnya antara sadar dan tak sadar.

Megatron memelototkan matanya tak percaya mendapati respons Arachnia yang seperti itu.

“Lo emang gila, ya,” ujar lelaki itu. Ia menurunkan tangannya yang ia tempelkan pada dinding dan memundurkan badan.

Arachnia tak kembali melihatnya. “Gue serius.”

Megatron menolehkan pandangan pada gadis itu, masih dengan wajah herannya. Arachnia masih memalingkan pandangan darinya. Ia pun menerka kalau kakak kelasnya itu mulai menunjukkan sisi lain yang tidak ia gunakan untuk menggoda orang lain.

Dia barusan ngucap 'gue' , batin Megatron jeli.

Lelaki itu mencoba mengembalikan pembicaraan. “Sama,” katanya. “Gue emang mau jadi calon wakil buat nemenin lo jadi calon ketua. Tapi kalo lo mulai bertingkah lagi, apalagi sampe bawa-bawa temen gue yang ada di satu meja tadi, gue nggak segan-segan buat hancurin hidup lo.” Ia menaikkan wajah sedikit dan mengeraskan rahangnya. “Ngerti?”

“Ngerti,” jawab Arachnia dengan suara rendah. “Mulai sekarang gue bakal murni bantuin lo. Gue nggak bakal macem-macem.”

“Bagus.” Megatron menarik sudut bibirnya sedikit. “Itu yang mau gue denger.”

Megatron pun mengajak Arachnia kembali masuk ke restoran. Gadis itu mengekor tak jauh di belakang. Ketika sudah tiba di meja teman-teman Megatron, Arachnia mendekatkan diri sedikit di antara sisi meja dan kursi paling ujung yang kosong. Ia menatap pada Soundwave yang duduk di kursi tengah.

“Soundwave, maafin Kakak, ya. Karena Kakak kamu sampe harus kehilangan barang berharga yang kamu punya.”

Soundwave mengamati air muka Arachnia. Mata laki-laki bermasker abu-abu itu mengedip sekali, menimbang apakah ia bisa menerima permintaan maaf itu. Ketidaksukaan dan kecurigaannya pada Arachnia sebenarnya memang sudah berada di puncak, tetapi ekspresi wajah gadis itu tampak tulus meminta maaf kepadanya. Soundwave berpikir, entah apa yang dilakukan Megatron barusan di luar pada Arachnia hingga ia mau bersikap lembut seperti ini.

“Iya, Kak. Saya maafin,” ucap Soundwave ringan. Tak lama kemudian, dia bertanya, “Kakak kok tiba-tiba datang ke sini? Mau bahas soal pendaftaran OSIS sama Megatron?”

“Iya. Lo biasanya ngontak gue duluan kalo mau nyamperin,” ujar Megatron yang masih berdiri di sisi meja–yang membuat kelima temannya menoleh cepat karena dia sudah memanggil Arachnia dengan lo-gue.

Arachnia menengok ke belakangnya. “Ah, kemarin gue sama Kak Magnus ke sini kan nggak ngontak lo juga, Ga.”

Kelima teman Megatron itu semakin melebarkan mata. Ke mana embel-embel ‘sayang’ dan gaya bicaranya yang mendayu sok menggoda itu? batin mereka semua.

Arachnia memandangi wajah-wajah yang duduk di kursi makan itu. “Tapi lo lagi ngabisin waktu sama temen lo, ya? Kalo gitu gue tunggu di meja lain aja.”

“Bentar lagi waktu istirahat gue abis. Paling bisa diprediksi gue lowong lagi jam setengah sembilanan.”

Arachnia melipat tangan di bawah dada. “Kalo gitu gue jalan-jalan dulu di mall sebelah.”

Memang benar. Tepat di sebelah restoran itu, lebih tepatnya–karena muka restoran menghadap ke barat–terdapat sebuah mall di arah utara yang bisa ditempuh hanya dengan berjalan kaki. Gadis itu pun berjalan pergi sambil melambaikan tangannya. “ Bye , adik-adik! Yang akur, ya, satu sama lain.”

Arachnia menghilang dari pandangan ketika ia sudah melewati pintu utama restoran.

“Kak Ara lo apain, Ga, kok jadi kayak gitu?” tanya Starscream ketika pandangan mata mereka bertemu.

“Gue suruh minta maaf ke Soundwave,” jawab Megatron lugas.

“Ya, kali, cuma itu aja,” bantah Starscream tak percaya. Namun, Megatron tidak menambahkan apa-apa lagi. Ia justru berujar, “Kalo minuman kalian udah habis, lo pada langsung pulang sana. Nanti dicari orang tua kalian.”

“Megatron hari ini perhatian banget, ya, kayaknya.” Skywarp menggoda sembari tertawa geli.

Megatron menunjukkan wajah datarnya. “Gue nggak mau dibilang jadi pengaruh buruk sama orang tua kalian.”

Starscream menampilkan senyum tipisnya. “Iya, tahu gue.”

Sejenak, mereka semua meminum minuman mereka yang sudah tinggal sekitar seperempat gelas. Setelah minuman di gelasnya tandas, Starscream beranjak dari kursi tempatnya duduk. “Makasih, ya, buat minumannya.”

“Bayar.”

“Tahu."

Mereka berdua dapat mendengar Soundwave yang ikut berdiri menanggapi dengan tawa kecil. Thundercracker pun tersenyum melihat duo ribut itu sudah akur. Mereka pun pamit satu sama lain untuk pulang ke rumah.

***

Pendaftaran kandidat calon ketua OSIS dan wakil ketua OSIS sudah di depan mata. Siapa pun dapat mendaftar dan mengisi formulir yang diajukan. Mereka mengambil berkas tersebut langsung dari tangan Ultra Magnus selaku ketua OSIS yang akan lengser.

Sentinel antara kaget dan tidak kaget saat melihat Arachnia beserta Megatron keluar dari ruang OSIS dengan sebuah map merah yang pastinya berisi formulir yang sama yang sedang Sentinel pegang. Mereka berdua ternyata memang benar ingin mendaftar menjadi kandidat ketua dan wakil ketua OSIS.

“Mereka ngapain pake daftar segala, sih!” seru Sentinel sambil meremas map itu ketika saingannya itu menghilang di belokan. 

“Sabar aja, Nel.” Jetfire merangkulnya–agak paksa–dan mengajaknya menjauhi pelataran ruang OSIS. “Fokus ke kita aja. Nggak usah mikirin yang lain,” lanjutnya. 

Sentinel duduk di kursi panjang di ujung koidor. “Nanti kalo mereka curang, gimana?”

“Lo tahu dari mana kalo mereka bakal curang?” tanya Jetfire balik sambil duduk di sampingnya dan mengambil map merah itu agar kertas-kertas di dalamnya tidak rusak oleh cengkeraman kuat Sentinel. 

“Karena laba-laba sialan itu. Dia licik banget, Jet. Terus ditambah ada Megatron pula. Mereka pasti bakal buat rencana jahat buat kita nggak menang!” jawab Sentinel.

"Udahlah, Nel. Jangan prasangka buruk terus. Nanti kalo lo kena masalah lagi, gue juga yang kena." Jetfire sedikit meninggikan suaranya. "Nggak usah urusin mereka. Nanti waktu kita kebuang sia-sia. Lagian gue nggak pernah lihat Arachnia apalagi Megatron beneran jahatin orang."

Ucapan rekannya itu ada benarnya juga. Ia memang tidak seharusnya memikirkan apa yang mereka rencanakan terus sampai melupakan kewajibannya. Sentinel mendengus sebal, sebelum ia mulai mengisi formulir yang ada dalam map tersebut. 

Hampir dua jam telah berlalu setelah bel pulang sekolah berbunyi. Sentinel dan Jetfire sudah selesai mengisi formulir sekaligus menyusun visi dan misi mereka yang akan dikampanyekan menjelang pemilihan. Mereka sudah merancang itu sejak masa LDKS, jadi sekarang tinggal penyempurnaan saja. 

"Lihat, Nel. Kalau kita fokus, pasti ini selesai lebih cepat," ujar Jetfire sambil memasukkan formulir yang sudah terisi itu ke dalam map. 

"Siapa bilang kita udah selesai?" 

"Emang ada yang belum?" herannya. 

"Ada. Sekarang kita nyusun rencana buat menjatuhkan saingan kita!" seru Sentinel penuh semangat. 

Jetfire memandangnya datar. "Males." Kemudian, ia berdiri sambil membawa map itu dan tas ranselnya, lalu meninggalkan Sentinel di kursi panjang itu. 

"Eh, Jet! Tungguin gue!" Sentinel pun menyusulnya dan berkata kalau ia hanya bergurau. Tentu saja ia tahu kalau rekannya itu memang lebih senang untuk bersaing sportif. Karena hal itu, ia mencoba menghargainya dengan cara percaya padanya kalau mereka berdua tidak akan dicurangi. 

Lain halnya dengan Sentinel dan Jetfire yang langsung mengisi formulir saat itu juga di kursi koridor, Arachnia dan Megatron baru bisa mengisi saat hari Sabtu di restoran tempat Megatron bekerja, karena tempo lalu saat ia kembali ke restoran Megatron, ternyata jumlah pengunjung melebihi biasanya dan lelaki itu tampak sangat sibuk. Kalau ia memaksa laki-laki itu untuk menyelesaikannya saat itu juga, sudah pasti Arachnia bakal kena marah oleh Megatron yang mementingkan pekerjaan  dahulu. 

Tidak ingin itu terjadi, akhirnya Arachnia memutuskan untuk datang di jam istirahat Megatron hari-hari berikutnya. Untuk beberapa menit, perempuan itu tidak melihat kehadirannya. Ia bertumpu tangan dan menoleh ke jendela besar di sebelahnya dan melihat lalu-lalang kendaraan yang sedang ramai karena kebanyakan orang sedang bermalam minggu. 

Ekor matanya mendapati seseorang duduk di seberangnya. Ia pun menoleh ke depan untuk mendapati Megatron sudah duduk di hadapannya sambil mendorong minuman cold tiramisu latte ke arahnya. 

"Gue nggak mesen," kata Arachnia. 

"Iya, tahu. Tapi lo pasti bakal disuruh keluar kalo di meja lo nggak ada makanan atau minuman," timpal Megatron sebelum ia menyeruput kopi macchiato hangatnya. 

"Tapi gue nggak mau bayar, loh, ya."

"Gue nggak minta lo bayar."

Arachnia tersenyum dengan dua mata sedikit menyipit. "Oh? Jadi lo traktir gue, nih?" ucapnya. 

Megatron mendecih. "Kalo lo nggak mau, ya, buat gue aja," ketusnya. Ketika ia hendak mengambil minuman dingin itu, tangan Arachnia lebih gesit menjauhkannya dari jangkauan Megatron. 

"Iya, iya. Gue cuman bercanda." Kemudian, ia mengubah intonasi suaranya menjadi lebih menggoda "Makasih, ya, sayang ."

Megatron memutar mata dengan ujung mulut tertarik ke bawah. "Berisik. Gue nggak punya banyak waktu. Cepet selesain sekarang."

Arachnia tertawa pelan melihat ekspresinya itu sebelum ia memberikan formulir identitas dalam map merah yang harus diisi Megatron. Untuk beberapa saat, terjadi keheningan di meja untuk dua orang itu selama mengisi formulir masing-masing. Sesekali Megatron bertanya pada Arachnia jika ada kolom yang membuatnya bingung, hingga akhirnya, mereka tiba di pengisian visi dan misi di formulir yang berbeda, selembar kertas yang memiliki judul “Visi dan Misi Kandidat Calon Ketua OSIS dan Wakil Ketua OSIS”. Mereka harus menyatukan tujuan untuk dikampanyekan. 

"Gue udah susun visi misi kita," ucap Arachnia sambil mengeluarkan selembar kertas dari tas kecilnya. Ia bentangkan lipatan kertas itu di atas meja. 

"Gue juga udah." Megatron meletakkan selembar kertas dari saku celana ke atas meja. 

"Lo buat juga? Kenapa nggak bilang-bilang?"

"Lo sendiri juga nggak bilang ke gue kalo lo buat visi misi," timpal Megatron seraya mengambil kertas Arachnia. Begitupun sebaliknya. 

Arachnia terdiam sejenak sambil membaca visi misi yang ditulis Megatron. Megatron sendiri juga sedang mencerna apa tujuan dari Arachnia menjadi Ketua OSIS. 

Mata Megatron menyipit saat membaca visi dan misi milik Arachnia. Dengan kata-kata yang tersusun rapi, Megatron dapat menyimpulkan bahwa Arachnia ingin meningkatkan potensi siswa dan menunjukkan bahwa perempuan itu bisa menjadi pemimpin. 

Sedangkan, Arachnia sendiri bisa menebak visi dan misi Megatron. Tujuan laki-laki itu memegang jabatan penting di OSIS tentunya tidak akan jauh dari menjunjung tinggi kesetaraan antarsiswa dan memberikan siapapun kesempatan dalam mengembangkan potensi serta kemampuan mereka. 

"Visi misi gue lebih bagus," ucap Megatron sambil mengembalikan kertas itu. 

"Berarti lo nggak mendukung perempuan untuk jadi pemimpin?" balas Arachnia seraya mengembalikan kertas itu juga. 

"Lo nggak paham, ya, sama visi misi gue? Jelas-jelas di situ ditulis kesetaraan. Gue nggak lihat gender atau jabatan. Gue cuman mau semua dilihat sama."

Arachnia mendecih sekilas. Ia tidak ingin buah pemikirannya itu terbuang sia-sia. "Tapi misi punya lo itu masih belum rinci," ucapnya. 

Megatron akui kalau misi yang ia tulis tidak sebanyak Arachnia. "Hmm … ya, udah. Digabung aja?"

Perempuan itu tersenyum puas. "Itu yang gue pikirin. Kita gabung aja!"

Mereka berdiskusi sejenak untuk meleburkan dua sudut pandang itu menjadi satu. Setelah beberapa pertimbangan, akhirnya visi dari Megatron tetap digunakan tanpa diubah. Lalu mereka menambahkan misi dari Arachnia dan menghapus beberapa misi dari Megatron yang memiliki makna sama itu. 

"Jam istirahat gue udah selesai. Lo lanjutin yang belum kelar," ucap Megatron sambil beranjak dari kursi dan membawa dua gelas yang sudah kosong itu.

Tanpa menunggu respons, Megatron sudah bergegas ke tempat kerjanya. Arachnia mengamati satu kertas terakhir yang harus mereka isi, lalu salah satu ujung bibirnya tertarik ke atas saat membaca kertas dengan judul 'Surat Pernyataan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme'. Hanya berkas itu yang perlu tanda tangan materai. 

"Wah, kira-kira kenapa harus ada berkas ini, ya? Gimana reaksi Megatron kalau dia harus menandatangani ini juga?"